|
Guru-guru rohani kami sangat suka kepada cerita2 lucu sufistik Juha atau Nasiruddin Khoja.. Hikayat2 lawaknya bukan seperti Maharaja lawak tetapi sebenarnya kisah pengajaran yang mendidik hati.. Sebenarnya cerita2nya bukanlah satu lawak, tetapi segala kata2 dan tingkah laku Sheikh Nasiruddin Khoja ini mempunyai daya tarikan hingga menyebabkan orang bahagia, ketawa dan terhibur... |
AL KISAH:
Suatu malam
seorang pencuri memasuki rumah Nasrudin. Kabetulan Nasrudin sedang
melihatnya. Karena ia sedang sendirian aja, Nasrudin cepat-cepat
bersembunyi di dalam peti. Sementara itu pencuri memulai aksi
menggerayangi rumah. Sekian lama kemudian, pencuri belum menemukan
sesuatu yang berharga. Akhirnya ia membuka peti besar, dan memergoki
Nasrudin yang bersembunyi.
"Aha!" kata si pencuri, "Apa yang sedang kau lakukan di sini, ha?"
"Aku malu, karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kau ambil. Itulah sebabnya aku bersembunyi di sini."
Assalamualaikum semua...
Siapa Nasruddin Hoja ???? mungkin teman-teman bingung siapa sosok
seorang Nasruddin Hoja, saya akan menceritakan sedikit yang saya tahu dalam uraian yang saya tulis, selamat membaca . . .
Nasruddin Hoja merupakan seorang ulama Turki yang hidup di akhir abad
14. Nasruddin Hoja lahir di desa khortu, Sivri Hisar, Anatolia Tengah,
Turki pada 776 H/ 1372 M dan meninggal di kota Ak-Shehir, Propinsi Konya pada 836 H/ 1432 M dan dimakamkan di Kota itu.
Ketika masih kecil Nasruddin dianggap mempunyai kekuatan aneh yang bisa
membuat teman sekolahnya selalu tertuju pada apa yang dia ceritakan,
sehingga mereka melalaikan pelajaran sekolah. Gurunya yang paling bijak
berkata, "Kelak, bila engkau dewasa kau akan menjadi orang bijak.
Tetapi,
sebijak apa pun kata-katamu, orang akan menertawakanmu."
Nasruddin adalah guru sufi yang arif dan kaya dengan humor. Dia menggunakan humor untuk membuka pikiran murid-muridnya.
Karena keluasan ilmu fiqihnya, Nasruddin mempunyai banyak murid yang
berjumlah lebih dari 300 orang. Dan disinilah dia mendapat gelar
"Khawja",
"Hoca", "Avanti", "Efendi", atau ditempat lain diberi gelar "Maulana",
"Mullah", dan "Syaikh". Di Malaysia gelar tersebut berarti "Tok Guru". Kalau di Mesir dikenali sebagai 'JUHA".
|
Kisah Juha / Nasiruddin khoja mempunyai banyak versi. Turki, Mesir, Uzbekistan dan negara2 Timur Tengah lain.. Tetapi versi yang popular adalah dari Turki. Ini kerana maklumat paling banyak berasal dari sana. Sudah banyak dibukukan dan dijadikan pementasan, cerita tv dan kartun. Di Indonesia telah banyak buku2 cerita Nasiruddin Khoja. Insya Allah Malaysia satu hari nanti akan diterbitkan buku2 kisah beliau.. Doakan.. |
Rujukan lain:
Nasrudin Hoja merupakan tokoh kocak
pada kisah sufistik yang dikenal di seluruh dunia, terutama di
negara-negara berpenduduk Muslim. Setiap kisah selalu menampilakannya
dalam kondisi yang berbeda-beda melalui ide dan cara pandang humoris dan
mengekpos komentar berani namun kocak dan penuh dengan hidup. Yang
paling menarik dari cerita-cerita tokoh ini adalah meski lucu namun
sarat dengan makna filosofis, sufistik; menggelitik nalar dan hati
nurani.
Menurut berbagai sumber, sufi yang
hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga
penaklukan Bangsa Mongol ini merupakan seorang filosof yang bijak dan
penuh dengan cita rasa humor. Kisah-kisah Nasrudin telah dikenal hampir
di seluruh belahan dunia. Tentu saja, seluruh kisah tentang Hoja dengan
rentang waktu lebih dari 7 abad, tidak semua asli darinya. Kebanyakan
merupakan produk budaya humor secara kolektif bukan hanya dari Budaya
Turki tapi juga dari masyarakat Islam lainnya. Meski begitu dikenal,
hoja merupakan tokoh yang masih diperdebatkan keberdaanya antara fiktif
dan sejarah. Banyak teori tentang biografinya, namun sayangnya belum
cukup memberikan data yang valid.
Sejak Abad ke-16, tokoh ini semakin
populer karena ia menawarkan alternatif kepada masyarakat yang mulai
bosan terhadap segala hal sifatnya formal dan kaku. Kisah tentang
Nasrudin Hoja pada awalnya ditemukan dalam beberapa manuskrip pada awal
abad ke-15. Cerita pertama ditemukan dalam Ebu'l-Khayr-i Rumis
Saltuk-name (1480). Dalam buku tersebut dikatakan bahwa nasrudin
merupakan murid sufi dari Seyyid Mahmud Hayrani di Aksehir, barat laut
Turki modern.
Pada abad ke-19, Mufti Sivrihisar, Huseyin efendi, menulis dalam
Mecmua-i Maarif bahwa Nasrudin lahir pada 1208 di desa Hortu (sekarang
disebut Nasreddin Hoca Koyu) bagian dar Sivrihisar dan meninggal 1284 di
Aksehir, setelah hijrah ke sana. Menurut sumber ini, Hoja belajar di
SIvrihisar dan madrasah Konya. Hoja belajar fiqh serta belajar tasawuf
langsung pada Mawlana Jala al-Din al-Rumi (1207-1273) di Konya.
Kemudian Hoja mengikuti Seyyeid Mahmud Hayrani, sebagi guru sufi
keduanya, hijrah ke Aksehir dan menikah di sana. Konon, Sewaktu masih
muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya,
sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang
bijak bernubuwat: “Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan
menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu,
orang-orang akan menertawaimu.” Ramalan pun menjadi kenyataan, di
Aksehir, Hoja menjadi Imam dan hakim. Karena rasa humor yang tinggi dan
ulasan-ulasanya yang cemerlang, ia menjadi sangat tersohor dan terkemuka
di kota itu.
Kisah-kisah Nasrudin Hoja dikenal di seluruh Timur Tengah yang tentu
kemudian diwarnai dengan budaya di mana cerita itu berkembang. Yang
jelas, kebanyakan kisah Nasrudin diceritakan sebagai kisah lucu dan
anekdot. Kisah-kisah ini tidak henti-hentinya diceritakan baik di kafe,
di tempat orang-orang berkumpul untuk ngobrol, serta di rumah sebagi
bahan cerita untuk anak. Meski begitu akrabnya kisah Hoja dengan
masyarakat, satu karakter yang tetap melekat pada kisah Hoja ini adalah
inti yang terkandung dari kisah lucu tersebut hanya orang-orang pada
level inteletual tertentu yang mampu memahaminya. Kisah-kisah lucu namun
kaya akan pesan moral, biasanya bahkan penuh dengan pesan-pesan
spiritual yang mencerahkan dan tak jarang juga memuat perilaku dan jalan
menuju maqam makrifatullah. Karena itulah, tak jarang kisah-kisah Hoja
ini menjadi materi pengajian sufi.
Kisah-kisah Hoja juga sarat dengan sindiran dan kritik yang cukup berani
terhadap tirani dan kekuasan serta ketimpangan sosial dan egoisme elit.
Karena itulah, Nasrudin merupakan simbol keberanian, penentangan,
sarkastis, ironis, dan komedi kritis di Timur Tengah.
Di Indonesia, kemasyhuran Nasrudin Hoja hampir tidak kalah dengan Abu
Nawas. Di tengah dahaga kaum Muslim Indonesia akan nilai-nilai
spiritual, beberapa buku yang memuat kisah-kisah Nasrudin Hoja pun laris
manis di pasaran.
Berikut adalah salah satu contoh kisahnya yang lucu dan penuh sindiran terhapa penguasa:
Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata,
"Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya."
Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa
banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin
menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya
dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke
halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin.
"Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca."
Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"
Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran
besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai
itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji
gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku
dengan benar."
"Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?"
Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca; hanya
membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka
buku tanpa mengerti isinya, berati kita setolol keledai, bukan ?"
Itulah satu contoh kisah humor sufistik dari Hoja, dan masih ada ratusan
cerita lucu penuh makna yang dikaitkan dengan tokoh kita yang satu
ini.(taq/dari berbagai sumber)
RUJUKAN:
dan
RUJUKAN BLOG INDONESIA..
Ini kerana kebiasanya guru2 sufi sangat menekankan KECERIAAN sepanjang jalan SALIK menuju Allah... Janganlah terlalu dan selalu bersedih dan tidak kurang pula orang yang mengaku sufi, sangat serius dan pemarah...... Sepatutnya kita berasa bahagia dan ceria kerana senantiasa duduk di bawah lembayung RAHMAT ALLAH.....